Sebelum Ada Kertas, Kitab Suci Ditulis di Mana?
Perjalanan Kitab Suci Pra-Kertas
Pernahkah Anda berfikir, jika kertas belum ada, bagaimana kitab suci di tulis di jaman itu? Sebuah pertanyaan yang menarik dan memancing rasa ingin tahu tentang sejarah penyalinan teks suci dan media yang digunakan oleh para umat berabad-abad yang lalu. Sebelum kertas menjadi media utama, manusia telah menemukan berbagai cara kreatif dan inovatif untuk merekam dan menyebarkan ajaran agama, budaya, dan ilmu pengetahuan, termasuk bagaimana para leluhur menuliskan ayat-ayat suci sebelum kertas ditemukan? Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang bagaimana proses penyalinan kitab suci dilakukan di masa-masa awal, serta media apa saja yang digunakan sebelum keberadaan kertas yang kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Menelusuri Jejak Tertua Tulisan Suci
Hari ini, kita dengan mudah membaca kitab suci dalam bentuk cetakan rapi atau bahkan digital. Namun, berabad-abad lalu, proses menyalin teks suci adalah pekerjaan penuh tantangan. Bahan tulis yang terbatas, teknik pengawetan yang rumit, hingga keterampilan para penulis kuno membuat setiap naskah menjadi sangat berharga. Setiap lembar tulisan membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang besar. Artikel ini akan menelusuri sejarah panjang media tulis sebelum kertas, serta bagaimana kitab suci diwariskan lintas generasi.
Sejarah Singkat Penemuan Kertas
![]() |
Sejarah Penemuan Kertas Pertama oleh Dinasti Han, Cai Lun |
Kertas sebagaimana kita kenal saat ini pertama kali diperkenalkan di Tiongkok. Pada tahun 105 M, seorang pejabat Dinasti Han bernama Cai Lun menciptakan formula pembuatan kertas dari campuran serat bambu, kain bekas, dan kulit pohon. Temuan ini menjadi revolusi besar dalam dunia literasi, karena kertas jauh lebih ringan, murah, dan mudah diproduksi dibandingkan media tulis sebelumnya. Berkat inovasi ini, ilmu pengetahuan dan teks keagamaan bisa lebih mudah disalin dan disebarkan.
Namun, kertas tidak langsung dikenal luas di seluruh dunia. Butuh ratusan tahun sebelum pengetahuan ini menyebar ke Asia Barat, Afrika Utara, dan akhirnya ke Eropa. Melalui jalur perdagangan, khususnya Jalur Sutra, kertas perlahan masuk ke dunia Islam pada abad ke-8. Dari Baghdad, kertas kemudian menyebar ke seluruh dunia Islam dan akhirnya mencapai Eropa. Baru pada abad pertengahan, kertas benar-benar menggantikan perkamen dan papirus.
Media Tulis Sebelum Kertas
Papirus di Mesir Kuno
![]() |
Papirus, Kertas Tulis Kuno |
Mesir kuno menggunakan papirus, bahan yang dibuat dari batang tanaman papirus yang tumbuh di tepi Sungai Nil. Lembaran papirus cukup lentur untuk digulung, menjadikannya bentuk awal gulungan kitab. Papirus digunakan untuk menulis teks keagamaan, hukum, administrasi pemerintahan, hingga karya sastra. Salah satu contoh terkenal adalah Kitab Orang Mati, sebuah teks religius yang menjelaskan perjalanan jiwa setelah kematian.
Kelemahan papirus adalah mudah rapuh dan tidak tahan kelembaban. Karena itu, naskah papirus hanya bisa bertahan lama di iklim kering seperti Mesir. Walau demikian, papirus menjadi simbol penting perkembangan tulisan dalam peradaban kuno.
Daun Lontar di India dan Asia Tenggara
![]() |
Daun Lontar, Media Tulis Kuno |
Di India, Sri Lanka, hingga Nusantara, daun lontar adalah media tulis yang populer. Ayat-ayat suci Hindu dan Buddha ditulis dengan cara menggoreskan huruf ke daun lontar menggunakan pisau kecil, kemudian diberi jelaga agar tulisan terlihat jelas. Daun lontar disusun seperti lembaran buku dengan lubang di tengah untuk diikat benang. Hingga hari ini, banyak naskah lontar masih tersimpan di Bali, Jawa, dan India Selatan sebagai warisan budaya.
Daun lontar memiliki kelebihan: mudah diperoleh di daerah tropis, ringan, dan dapat disusun menyerupai buku. Namun, kelemahannya adalah daya tahannya terbatas. Untuk melestarikan naskah, para penulis harus terus-menerus menyalin ulang teks dari daun lontar yang lama ke yang baru.
Perkamen di Eropa
![]() |
Perkamen, Media Tulis Kuno di Eropa |
Bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan penggunaan perkamen, yaitu kulit hewan (domba, kambing, atau sapi) yang diolah menjadi lembaran tipis. Perkamen memiliki daya tahan tinggi, bahkan bisa bertahan ribuan tahun. Banyak manuskrip kuno Kristen dan karya filsafat Yunani bertahan berkat media ini.
Perkamen biasanya digunakan untuk naskah yang dianggap sangat penting, termasuk kitab suci. Proses pembuatannya memerlukan keahlian khusus dan biaya besar, sehingga tidak semua orang bisa memiliki naskah perkamen. Bentuknya menyerupai buku (codex), yang lebih praktis dibanding gulungan papirus.
Bambu dan Kayu di Cina
![]() |
Bambu dan Kayu, Media Tulis Kuno di Cina |
Sebelum penemuan kertas, masyarakat Cina menulis pada bilah bambu atau potongan kayu. Teks diukir atau ditulis dengan kuas, lalu bilah-bilah tersebut diikat menjadi gulungan panjang. Metode ini cukup berat dan tidak praktis, sehingga inovasi kertas dengan cepat menggantikannya. Beberapa catatan sejarah Cina, termasuk karya filsafat Konfusius, awalnya ditulis di bambu.
Penulisan Kitab Suci Sebelum Ada Kertas
Hindu
Kitab suci Hindu, terutama Weda, awalnya diwariskan secara lisan melalui tradisi shruti atau "apa yang didengar". Para brahmana menghafalkan ayat-ayat dengan teknik memori yang sangat ketat, memastikan tidak ada kesalahan dalam pengucapan. Baru kemudian, ajaran ini dituliskan di atas daun lontar dan kulit pohon. Naskah-naskah seperti Upanishad, Mahabharata, dan Ramayana juga banyak dijumpai dalam bentuk lontar.
Buddha
Ajaran Buddha pada awalnya juga diturunkan secara lisan. Ribuan biksu menghafal khotbah-khotbah Sang Buddha dan melantunkannya dalam pertemuan. Baru sekitar abad ke-1 SM di Sri Lanka, ajaran Buddha untuk pertama kali ditulis di atas daun lontar dalam bahasa Pali, yang dikenal sebagai Tipitaka. Naskah ini kemudian menjadi rujukan utama dalam tradisi Theravada. Di Tibet, ajaran Buddha ditulis di atas kertas buatan lokal maupun kain, menyesuaikan dengan iklim pegunungan.
Kristen
Kitab Perjanjian Baru awalnya ditulis di atas papirus dalam bentuk gulungan. Namun, seiring waktu, naskah Kristen banyak menggunakan perkamen dengan bentuk codex. Codex memungkinkan teks ditulis bolak-balik, lebih ringkas, dan lebih mudah dibaca. Perubahan bentuk media tulis ini membuat penyebaran ajaran Kristen semakin luas. Contoh terkenal adalah Kodeks Sinaiticus dan Kodeks Vaticanus, yang berisi hampir seluruh Alkitab dalam bahasa Yunani.
Islam
Pada masa Nabi Muhammad SAW, ayat-ayat Al-Qur’an ditulis di berbagai media sederhana: pelepah kurma, tulang belulang, batu tipis, hingga kulit hewan. Selain itu, banyak sahabat yang menghafal ayat-ayat untuk menjaga keaslian wahyu. Setelah wafatnya Nabi, untuk menghindari perbedaan bacaan, Khalifah Abu Bakar memerintahkan pengumpulan wahyu dalam satu mushaf. Kemudian pada masa Khalifah Utsman bin Affan, mushaf resmi disalin dan disebarkan ke berbagai wilayah Islam.
Sejak itu, Al-Qur’an mulai ditulis di perkamen, kemudian beralih ke kertas ketika teknologi kertas dari Cina sampai ke dunia Islam. Inovasi ini sangat memudahkan, sehingga mushaf bisa disalin lebih banyak dan disebarkan ke berbagai negeri.
Peralihan ke Kertas dan Dampaknya
![]() |
Penyebaran Kertas Pertama oleh Cina ke Seluruh Dunia |
Ketika kertas mulai menyebar dari Cina melalui Jalur Sutra, peradaban dunia mengalami perubahan besar. Umat beragama dapat menyalin kitab suci lebih cepat dan lebih banyak. Misalnya, Al-Qur’an yang awalnya ditulis di perkamen kemudian disalin ke kertas, sehingga penyebaran Islam semakin meluas. Di Eropa, kertas mempercepat produksi Alkitab, apalagi setelah mesin cetak Gutenberg ditemukan pada abad ke-15. Kertas membuat ilmu pengetahuan dan ajaran agama semakin mudah diakses, sekaligus membuka jalan bagi lahirnya peradaban modern.
Selain itu, kertas juga memungkinkan munculnya perpustakaan-perpustakaan besar di Baghdad, Kairo, dan Andalusia. Di sinilah kitab-kitab suci, karya filsafat Yunani, dan ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa dikumpulkan, diterjemahkan, serta disebarkan. Peran kertas sangat penting dalam menjaga kesinambungan peradaban manusia.
Refleksi Penutup
Sejarah penulisan kitab suci sebelum adanya kertas menunjukkan betapa besar usaha manusia dalam menjaga warisan spiritual. Dari papirus di Mesir, lontar di India, perkamen di Eropa, hingga pelepah kurma di jazirah Arab, semua menjadi saksi perjalanan panjang peradaban. Kini, kitab suci hadir dalam bentuk cetak dan digital, namun jejak masa lalu tetap mengingatkan kita bahwa penyebaran ajaran ilahi adalah hasil perjuangan panjang. Dengan mengenang perjalanan itu, kita bisa lebih menghargai nilai setiap lembar kitab suci yang kita baca hari ini.
Kisah perjalanan teks suci ini juga mengajarkan bahwa teknologi, sekecil apapun, dapat membawa dampak besar bagi umat manusia. Kertas bukan hanya media tulis, tetapi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tanpa kertas, mungkin banyak ajaran, ilmu, dan sejarah yang hilang ditelan waktu.
- Kertas ditemukan di Cina oleh Cai Lun pada tahun 105 M.
- Sebelum kertas, media tulis meliputi papirus, lontar, perkamen, dan bambu.
- Kitab suci Hindu, Buddha, Kristen, dan Islam awalnya ditulis di media berbeda.
- Kertas mempercepat penyebaran kitab suci dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia.
- Mesin cetak Gutenberg memperkuat peran kertas dalam penyebaran Kitab Suci dan ilmu pengetahuan.
Posting Komentar